Dalam berinvestasi saham, sering kali kita mendengar istilah nilai wajar. Ada berbagai cara untuk menghitung nilai ini. Salah satu metode yang menurut penulis mudah dipahami adalah equity bond valuation. Konsep ini juga akan memberi pencerahan mengapa fluktuasi pasar dalam jangka pendek tidak terlalu berarti bagi buffet begitu juga alasan mengapa holding periodnya sangat panjang.
Hari ini penulis akan berbagi pemahaman terkait equity Bond Valuation. Seperti namanya, metode valuasi ini menggunakan pendekatan bond Atau Obligasi. Saham dan Obligasi sebernarnya sangat identik, meski memiliki beberapa perbedaan. Bunga Obligasi bisa dianalagikan sebagai Pertumbuhan emiten. bedanya hanya bunga obligasi sudah ditentukan jumlahnya sejak awal sedangankan pertumbuhan emiten bersifat tidak menentu tergantung pada kinerja emiten. Dalam obligasi ada yang dinamakan maturity period. Dimana obligasi 10 tahun pada tahun ke 10 akan dikembalikan dengan jumlah yang sama, pada saham ini mirib dengan book Value perusahaan dan tidak ada jangka waktu.
Berdasarkan hal-hal diataslah muncul metode equity bond valuation. Warren Buffet menganalogikan membeli saham sama dengan membeli obligasi. Inilah salah satu alasan mengapa dia menyukai perusahaan yang kinerjanya konsisten dan mudah diprediksi masa depannya. Karena semakin konsisten kinerja perusahaan semakin tepat pula metode ini digunakan.
Metode ini hanya penulis gunakan pada perusahaan yang memiliki pertumbuhan ROE selalu diatas 10% selama 10 tahun berturut-turut. Bila digunakan pada perusahaan yang tidak memenuhi kriteria tersebut, hasilnya bisa saja menyesatkan. Klik disini untuk mengetahui kinerja emiten selama 10 tahun terakhir.
PWON adalah salah satu emiten yang memenuhi kriteria untuk dianalisis menggunakan equity bond valuation. PWON konsisten membukukan ROE di atas 10% selama sepuluh tahun terakhir (2009-2019).
Berdasarkan data yang penulis himpun, Book Value per Share PWON saat ini Rp 343. Nilai Book value ini menghasilkan Earning Per Share Rp 56,8. Berdasarkan kedua ratio diatas maka Return On Equitynya 16,54%. Masalahnya saat ini pasar mengharagai saham PWON Rp 670 per lembar, maka untuk yang membelinya sekarang, ROEnya bukan lagi 16.54% tapi berubah menjadi 8,4%. Apakah dengan return ini, Pwon masih tetap menarik?
Untuk menjawab pertanyaan diatas, tentu kita harus membedah kinerja masa lalu PWON untuk mendapatkan memproyeksikan kinerjanya di masa depan, pada tahun 2029.
Langkah pertama, menghitung pertumbuhan Earning Per Sharenya. Tercatat EPS PWON pada tahun 2009 hanya Rp 3,22 kemudian bertumbuh menjadi Rp 56.08 sepuluh tahun kemudian. Ini sama dengan pertumbuhan 33.07% setiap tahunnya (CAGR). Cara menghitung CAGR klik disini.
Langkah kedua, kita proyeksikan EPS PWON 10 tahun kedepan. Dengan pertumbuhan 33.07% maka EPS Rp 56.08 akan menjadi Rp 976 pada tahun 2029.
Langkah ketiga, penulis proyeksikan harga PWON di tahun 2029 dengan mengalikan EPS 976 tadi dengan PER terendah PWON selama 10 tahun terakhir. Tercatat PER terendah PWON selama 10 tahun terakhir ada di angka 10x. Maka kita proyeksikan harga sahamnya ketika itu adalah Rp 9760 (EPS x PER). Dengan harga pembelian Rp 670 perlembar dan estimasi 10 tahun kedepan PWON akan dihargai Rp 9760, Ini setara dengan pertumbuhan 30.72% setiap tahunnnya. Angka ini belum termasuk deviden yang diterima setiap tahunnya.
Apakah perusahaan dengan estimasi retun 30.72% pertahunnya layak intuk di Beli? Tentu semua kembali kepada pribadi masing-masing investor. Angka ini tentu lebih baik dari retun deposito yang hanya 6% dan obligasi sebesar 9% tapi resikonya tentu berbeda.
Post a Comment for "Harga Wajar Dengan Equity Bond Valuation"