Perusahaan yang bergerak di sektor finance khususnya perbankan, memiliki karakteristik yang berbeda jika dibandingkan dengan sektor lainnya. Sehingga ada rasio tambahan untuk menganalisis kondisi fundamentalnya. Contohnya, anda akan kesulitan menemukan emiten Perbankan dengan Debt To Equity Ratio (DER) di bawah 100%, atau dengan kata lain ekuitasnya lebih besar dari hutangnya. Bila diperhatikan, hampir semua emiten perbankan memiliki hutang yang jauh lebih besar dari ekuitas yang dimilikinya. Mengapa demikian? Karena tabungan, deposito dan giro yang diterima dicatat sebagai hutang, Sehingga penggunaan Debt To Equity ratio (DER) kurang efektif untuk menganalisis emiten bank.
Berikut rasio tambahan yang biasanya penulis gunakan untuk menganalisis fundamental saham bank. Untuk lebih mudahnya kita akan menganalisis saham Bank BNI (BBNI ).
Kewajiban Penyediaan Modal Minumum (KPMM) atau dalam bahasa inggris Capital Adequacy Ratio (CAR). Kemampuan Bank untuk mengatasi kemungkinan risiko kerugian. Pada laporan keungan kurtal 1 tahun 2020 tercatat KPMM nya sebesar 16%. Artinya dari aset BBNI sebesar 803 T, 16% diantaranya atau sekitar 128 T adalah milik BBNI dan selebihnya merupakan hutang, dana pihak ketiga dan seterusnya. Rasio ini memberikan gambaran tentang kekuatan modal bank. Jadi semakin besar angkanya semakin kuat modal bank yang bersangkutan. Apabila nilainya terlalu kecil, maka banknya beresiko untuk bankrut dan tidak mampu membayar kewajiban-kewajibannya kepada nasabah. Dengan profil risiko BNI yang berada pada peringkat Low to moderate, besaran KPMM atau CAR minum adalah sebesar 9,95%. Batasan ini bisa berbeda-beda tergantungan dengan peringkat risiko masing-masing bank. Jadi Nilai KPMM atau CAR bank BNI 5% diatas batas minimum.
Cadangan Kerugian Penurunan Aset. ( CKPN ) merupakan cadangan yang dibuat bank dengan tujuan menghadapi risiko kerugian yang diakibatkan penanaman dana dalam aktiva produktif. Sederhananya CKPN adalah dana yang dicadangkan bank untuk mengantisipasi aset piutang kredit dan lain-lain yang beresiko tinggi untuk macet. Tercatat CKPN BBNI ada di angka 4,17%.
Sesuai dengan model bisnisnya risiko kredit utama yang dihadapi oleh bank.
Non Performing Loan (NPL ) memberi kita gambaran seberapa besar kredit bermasalah dibanding dengan seluruh kredit yang disalurkan. NPL adalah kredit bermasalah yang memiliki kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. NPL suatu bank sebaiknya tidak lebih dari 5%. Pada BBNI tercatat NPL gross ada di angka 2,38 dan NPL net sebesar 0,52%.
Net Interes Margin(NIM) atau dalam bahasa indonesia margin bunga bersih adalah selisih antara bunga yang diterima bank dari kredit yang disalurkan dengan bunga yang dibayar bank kepada nasabah pemilik dana pihak ketiga (tabungan, giro, deposito dan seterusnya). Anda menabung di bank BBNI, anda taruh deposito, kemudia dapat bunga misalnya 4% per tahun. Nah kemudian dana deposito itu oleh bank disalurkan kepada perusahaan atau orang yang butuh dana dan mengambil bunga 9 %. maka NIM bank tersebut 9% dikurangi bunga yang dibayarkan kepada anda sebagai pemilik dana pihak ketiga (4%). Maka NIMnya adalah 9%-4% = 5%. Semakin tinggi NIM maka semakin bagus. BBNI sendiri mencatatkan NIM sebesar 4,88%.
Beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO). Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi bank dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Semakin rendah nilainya maka semakin bagus. Apabila nilai BOPO lebih besar dari 100%, berarti bank sedang merugi. Dalam hal ini, BOPO BBNI terjaga di angka 73,15%.
Rasio- rasio diatas bisa didapatkan pada laporan keuangan perusahaan, laporan tahunan dan yang paling mudah pada penyampaian bukti iklan informasi laporan keuangan. Semuanya bisa di download di website bursa efek indonesia.
Demikianlah pemahaman penulis tentang rasio-rasio pada emiten perbankan. Semoga dapat bermanfaat bagi rekan-rekan investor. Jangan ragu untuk meninggalkan komentar bila ada pertanyaan maupun pendapat lain yang mungkin bisa semakin menyempurnakan artikel ini.
Post a Comment for "KPMM CKPN dan NIM Saham Bank"