Menjadi Seorang investor, tentu tidak terlepas dari analisis fundamental. Beberapa investor beranggapan bahwa analisis fundamental itu sangat rumit dan sulit untuk dipahami untuk awam. Namun meski tidak memiliki basic akutansi dan manajemen, Penulis memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap analisis fundamental.
Dalam perjalanan awal belajar analisis fundamental secara otodidak, penulis mencoba menemukan rasio rasio sederhana untuk mengetahui gambaran singkat suatu perusahaan. Mulai dari tingkat pertumbuhan (Profit), Kondisi Keuangan hingga valuasi suatu perusahaan.
Berikut adalah rasio yang mudah dipahami dan sering kali digunakan di dalam analisis fundamental. Untuk mendapat gambaran tentang tingkat pertumbuhan atau profitabilitas perusahaan, ada 3 rasio yang bisa digunakan yaitu Return On Equity (ROE), Price Earning Ratio (PER) dan Earning Per Share (EPS)
Return On Equity (ROE)
Ini adalah Rasio yang paling sering penulis gunakan dalam analisis fundamental.Sederhananya rasio ini menggambarkan perbandingan modal dengan keuntungan yang dihasilkan perusahaan dalam 1 tahun. Namun dalam bahasa yang lebih rumit definisi ROE yang sebenarnya adalah rasio yang mengukur kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba bersih dengan modal yang dimiliki.
Berikut adalah rumus untuk menghitung ROE
Contohnya
Berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan per tanggal 31 Desember 2019, PT. BUDI yang bergerak di Otomotif memiliki laba bersih sebesar Rp. 150 juta, dengan total ekuitas yang dimiliki perusahaan adalah sebesar Rp. 1 Milyar. Sehingga rasio pengembalian ekuitas atau Return of Equity (ROE) PT. BUDI adalah :
ROE = (Laba bersih / Ekuitas ) x 100%
ROE = ( Rp. 150.000.000 / Rp. 1. 000.000.000) x 100%
ROE = 15%
Jadi ROE PT. BUDI pada tahun 2019 adalah sebesar 15%
Nah berikut adalah contoh ROE dari saham SRIL yang dilihat menggunakan aplikasi RTI Business
Earning Per Share (EPS)
Rasio Berikutnya yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan yaitu Earning Per Share (EPS). Dalam Bahasa indonesia, Secara sederhana EPS dapat diartikan sebagai Laba Per Lembar saham. Jadi EPS adalah jumlah Pembagian Laba yang akan diterima dari setiap 1 lembar saham yang dimiliki.
Rumusnya
Contohnya
Kita gunakan bank BJBR sebagai contoh. Berdasarkan laporan keuangan tahun 2019, BJBR berhasil menghasilkan laba bersih 1,558 Triliun dan ketika itu jumlah saham BJBR adalah 9,84 Miliar Lembar. Sehingga Bila kita bagi Laba bersih dengan jumlah lembar sahamnya. Maka Earning Per Share (EPS) BJBR adalah Rp 158
Price Earning Ratio (PER).
Rasio ketiga yang dapat digunakan utuk tujuan yang sama adalah Price Earning Ratio (PER). Bila sudah memahami Earning Per Share, akan sangat mudah untuk memahami rasio ketiga ini. Karena Rumusnya adalah
Price pada rumus diatas maksudnya adalah harga saham saat ini di bursa.
Contohnya
Untuk memudahkan, mari kita gunakan Bank Jawa Barat (BJBR) sebagai contoh. Tadi disebutkan bahwa EPS BJBR adalah Rp.158 dan saat artikel ini dibuat harga sahamnya ada di angka 1320. Maka bila Price Earning Ratio BJBR adalah 8,3x.
RASIO KESEHATAN KEUANGAN
Salah satu risiko berinvestasi saham adalah ketika perusahaan yang kita miliki sahamnya mengalami kebangkrutan. Nah faktor yang paling sering menyebabkan kebangkrutan perusahaan adalah membengkaknya hutang. Sehingga untuk meminimalisir risiko ini, sehingga ada baiknya mengetahui kondisi kesehatan keuangan perusahaan. Rasio yang dapat digunakan adalah Debt to Equity Ratio (DER) Untuk mengetahui perbandingan hutang dengan modal perusahaan.
Berikut cara menghitungnya
Liabilities merupakan Hutang atau kewajiban yang harus dibayar perusahaan ke pihak lain dalam jangka waktu tertentu.
Ekuitas (Equity) secara sederhana dapat dikatakan sebagai modal perusahaan
Contoh
Berdasarkan Laporan keuangannya, PT. BBBB Liabilitas atau hutang sebesar Rp. 500.000.000 dan Ekuitas (Equity) perusahaan adalah Rp 1.000.000.000 Berapakah Debt to Equity Ratio atau DER PT. BBBB ?
Mari Kita coba hitung
Total Kewajiban (liability) = Rp 500.000.000
Total Ekuitas (Equity) = Rp. 1.000.000.000
Debt to Equity Ratio (DER) = ?
Jawaban :
Debt to Equity Ratio (DER) = Total Liabilitas / Total Ekuitas
Debt to Equity Ratio (DER) = Rp 500.000.000 / Rp. 1.000.000.000
Debt to Equity Ratio (DER) = 0,5 kali
Price to Book Value. (PBV)
Terakhir, setelah menemukan perusahaan yang memenuhi 2 indikator
profitabilitas dan kondisi keuangan yang sehat. Penulis melanjutkan ke
tahap ketiga. Rasio Untuk mengetahui, apakah saham tersebut sedang
diskon atau harganya sudah terlalu mahal. Dititik ini, ratio yang paling
mudah untuk digunakan adalah Price to Book Value.
Berikut Rumusnya
Price, adalah harga saham saat ini
Book Value Per Share (BVPS), adalah nilai dari ekuitas dibagi jumlah lembar saham perusahaan. Mudahnya ini adalah nilai yang akan didapatkan dari setiap lembar saham, bila seluruh aset perusahaan di jual, tentunya setelah seluruh hutang dibayarkan. Jadi semakin kecil nilai Price To Book Value (PBV), semakin murah perusahaannya.
Contoh
Kembali kita gunakan SRIL Sebagai Contoh. saat ini harga SRIL di Bursa adalah 248 . dan PBV nya adalah 0,51x
Catatan admin
Ketika menggunakan cara ini, penulis bukannya
tidak mengalami kendala. Seringkali perusahaan yang labanyanya tidak
konsisten atau sewaktu waktu jelek dan di waktu tertentu kinerjanya
terlihat sangat mengesankan. Sehingga sebaiknya melihat lebih dlam
terkait konsistensi perusahaan dalam jangka panjang.
Post a Comment for "5 Rasio Fundamental Saham Untuk Investor Pemula"